Salam New Generations,.....
1. Pengertian Validitas
Pertanyaan-pertanyaan yang paling utama yang harus diajukan terhadap suatu prosedur pengukuran adalah : sampai di manakah validitasnya? Dalam hal ini harus dilihat apakah ujian yang dipakai betul-betul mengukur semua yang seharusnya diukur dan tidak lain dari pada itu. Suatu alat pengukur dikatakan valid jika ia benar-benar cocok untuk mengukur apa yang hendak diukur. Sebagaimana dikemukakan oleh Scarvia B. Anderson dalam bukunya "Encyclopedia of Educational Evaluation" disebutkan bahwa "A test is valid it measures what it purpose to measure" (sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur).
Dalam bahasa Indonesia "valid" disebut dengan istilah "sahih". Misalnya: Untuk mengukur panjang dipakai meteran, mengukur berat dipakai timbangan, mengukur penguasaan matematika dipakai ujian matematika untuk kelas yang setara, dan sebagainya. Secara lebih jelas, suatu ujian untuk mata kuliah tertentu dikatakan valid jika ia benar-benar cocok dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan untuk dicapai dengan penyajian mata kuliah tersebut.
Sebenarnya pembicaraan validitas ini bukan ditekankan pada tes itu sendiri tetapi pada hasil pengetesan atau skornya. Suatu tes hasil belajar dapat dikatakan tes yang valid apabila tes tersebut betul-betul dapat mengukur hasil belajar. Jadi bukan sekedar mengukur daya ingat atau kemampuan bahasa saja misalnya.
2. Jenis - Jenis Validitas
Secara ilustrasi jenis-jenis validitas dapat digambarkan dalam diagram dibawah ini :
|
Jenis - Jenis Validitas |
a. Validitas Isi
Validitas isi artinya ketepatan daripada suatu tes dilihat dari segi isi tersebut. Suatu tes hasil belajar dikatakan valid, apabila materi tes tersebut betul-betul merupakan bahan-bahan yang representatif terhadap bahan-bahan pelajaran yang diberikan. Dengan kata lain sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Validitas isi dapat diusahakan tercapainya sejak saat penyusunan dengan cara memerinci materi kurikulum atau materi buku pelajaran.
Misalnya untuk siswa kelas I SMU akan diberikan tes Matematika, maka item-itemnya harus diambil dari materi pelajaran kelas I, apabila kita sisipkan item-item yang diambil dari materi pelajaran kelas III maka tes tersebut sudah tidak valid lagi.
b. Validitas Konsep atau Konstruksi
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila butir-butir soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berpikir seperti yang disebutkan dalam Tujuan pembelajaran Khusus. Dengan kata lain jika butir-butir soal mengukur aspek berpikir tersebut sudah sesuai dengan aspek berpikir yang menjadi tujuan pembelajaran.
Untuk mengetahui apakah suatu tes memenuhi syarat-syarat validitas konstruksi atau tidak maka kita harus membandingkan susunan tes tersebut dengan syarat-syarat penyusunan tes yang baik. Apabila susunan tes tersebut telah memenuhi syarat-syarat penyusunan tes maka berarti tes tersebut memenuhi syarat validitas konstruksi, apabila tidak memenuhi syarat-syarat penyusunan tes berarti tidak memenuhi validitas konstruksi.
Misalnya kalau kita akan memberikan tes mata pelajaran IPA, kita harus membuat soal yang ringkas dan jelas yang benar-benar mengukur kecakapan IPA, bukan mengukur kemampuan bahasa karena soal itu ditulis secara berkepanjangan dengan bahasa yang sukar dimengerti.
c. Validitas Pengukuran Setara
Jenis kevalidan ini menunjukkan kenyataan yang diperoleh dengan mengkorelasikan hasil suatu ujian dengan pengukuran yang setara (mengukur fungsi yang sama). Demikianlah, mengkorelasikan hasil sebuah tes intelegensi yang baru dengan hasil tes intelegensi yang sudah ada akan memberikan kenyataan validitas jenis ini.
d. Validitas Pengukuran Serentak
Validitas ini lebih umum dikenal dengan validitas empiris. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas empiris jika hasilnya sesuai dengan pengalaman. Jika istilah “sesuai” tentu ada dua hal yang dipasangkan. Dalam hal ini hasil tes dipasangkan dengan hasil pengalaman. Pengalaman selalu mengenai hal yang telah lampau sehingga data pengalaman tersebut sekarang sudah ada.
Dalam membandingkan hasil sebuah tes maka diperlukan suatu kriterium atau alat banding. Maka hasil tes merupakan sesuatu yang dibandingkan
Misalnya seorang guru ingin mengetahui apakah tes sumatif yang disusun sudah valid atau belum. Untuk ini diperlukan sebuah kriterium mas lalu yang sekarang datanya dia memiliki misalnya nilai ulangan harian atau nilai ulangan sumatif yang lalu.
e. Validitas Ramalan
Memprediksi artinya meramal, dan meramal selalu mengenai hal yang akan dating jadi sekarang belum terjadi. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas prediksi atau validitas ramalan apabila mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan dating.
Jenis validitas ini menunjukkan kenyataan jika ujian yang dimaksud dihubungkan dengan kriteria-kriteria tentang hasil karya atau kesuksesan di masa depan. Demikianlah jika suatu tes bakat skolastik diberikan pada siswa-siswa SMU dikorelasikan dengan prestasi mereka di perguruan tinggi, maka kenyataan yang diperoleh itu akan menunjukkan validitas ramalan.
Baik itulah sekilas mengenai pengertian dan jenis-jenis validitas, untuk rumus dan cara perhitungannya dapat dilihat di
Pengujian Validitas.
Semoga bermanfaat, jangan lupa like facebook & kasih bintangnya oc sobat....
Salam,
Yang Muda Yang Terdepan....